TUGAS
PENGANTAR PENGKAJIAN KESUSASTERAAN
ANALISIS NOVEL BAKO
KARYA :DARMAN MOENIR
OLEH:
ATILA SHELA YOLANDA
16017040
DOSEN : DR.YENNI HAYATI M.HUM
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
A.UNSUR INSTRINSIK
1. Tema
Konflik kepribadian
yang dialami oleh tokoh ibu yang menjalani kehidupan tidak sesuai dengan
tatanan adat dalam masyarakat Minangkabau. Ibu yang semula tidak bisa memenuhi
tuntutan dalam diri dan kebudayaan pada akhirnya mengalami konflik dan
berlanjut menjadi depresi. Sebagai seorang perempuan yang mengalami depresi, ia
tidak bisa berperilaku dan berinteraksi dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat di kampung suaminya
2
Tokoh dan Penokohan
a. Man
·
Penyakitan “sering sakit-sakitan dan tak
terurus”
·
Keras kepala “tapi uang ibu ada,desakku.Berilah
aku bu,pintaku sekali lagi”
·
Cerdas “tidak pernah aku tinggal
kelas,sering mendapatkan kedudukan juara,malah suatu kali mendapat juara umum”
·
Tidak menerima kenyataan “jika diketahui olh
sahabat-sahabatku ibuku sakit saraf”
b. Ayah
·
Berani “ayah tidak menghiraukan,dan
membawa istrinya kerumah orang tuanya”
·
Bertanggung jawab “merasa sudah berhutang budi dan
bertanggung jawab karna telah menikahi ibu”
·
Arif “bagaimnapun ia adalah istriku”
·
Penyanyang “aku amat menyanyangi kau
sebagaimana aku menyanyangi ibu kau dan aku sendiri”
c. Ibu
·
penyanyang “untuk cinta dan kasih sayang ia
mengorbankan dirinya dengan jalan meninggalkan orang tuanya di P”
·
tidak mau di ganggu “ia tak ingin mengganggu dan tidak
ingin pula di ganggu”
·
bersih “adakalanya ia akan balik
kepincuran jika ada cucian yang dikira belum bersih”
·
gila “entah lah gila,jawabnya
tertawa.Barisan giginya yang tak terawat itu kembali terlihat jelas”
d. Nenek
·
perhatian “memperhatikan anak-anaknya secara
baik dan wajar”
e. Umi
·
terpandang “di kampung umi adalah seorang yang
terpandang dan disegani”
·
taat agama”bukankah agama kita telah memberi
petunjuk yang jelas tentang bagaimana menata masyarakat,tidak saja akhirat
melainkan dunia.dan aku amat yakin”
·
penakut “umi telah lari kesudut rumah jadi
gemetar dan tubuh menggigil”
f. Bak tuo
·
Pencuri “padahal ia baru saja melakukan
pencurian pada siangnya”
·
Pemarah “hai kau tak berotak,balas pak tuo
tak kalah garang dengan suara yang lebih tinggi”
·
Penjudi “ sembayang tidak,puasa tidak,kerja
terus saja berjudi”
g. Gaek
·
Baik hati “apa lagi ? tanyanya sebelum pulang
kerumah,ia sudah membelikan segala keperluan “Hati mulia “ia tahu diri,bukan rendah hati.ia mengetahui dirinya
pendatang namun tidak harus menjadi seorang yang bersifat rendah hati sebagai
orang pendatang “
·
Rajin “kalau tidak ada gaek,tidak mungkin
semua tumpak sawah itu tertanami”
h. Suami
·
rajin dan tak kenal lelah “pagi-pagi bangun suamiku langsung
mengambil air wudhu, kadang kepancuran tetapi lebih sering dirusuk rumah saja”.
3
Sudut pandang
a. sudut pandang ketiga serba tahu “ia menggesek biola,sering sehabis
melakukan tugasnya sebagai seorang guru SR atau sekarang di sebut SD”
b. sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama “aku betul-betul
tidak mengerti suasana ketika ayahku diangkat sebagai seorang guru di daerah
Rudah
c. sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat “ sesudah shalat ia
langsung ke dapur”
4. Latar
a. Latar tempat
·
Di P “ketika kami sekolah di P aku
mengetehui ibumu amat gemar menyanyikan lagu seriosa”
·
Di kampung “bersama ibu,aku di tinggalkan
dikampung untuk waktu yang tak terbatas”
·
Daerah R “aku betul-betul tidak mengerti
suasana ketika ayahku diangkat sebagai seorang guru di daerah R”
·
Di SSRI negeri P “aku sudah berada di SSRI negeri P”
·
Halaman “ibuku pergi ke halaman dan meninggalkanku
seorang diri”
·
Di pinggang gunung “di kampung,dipinggang gunugng
memang disanalah aku diasuh dan dibesarkan”
·
Di masjid “ ia selalu sholat subuh di mesjid”
·
Ladang “pada hari minggu, acap kami
bersama-sama ke ladang
·
Kampung G “minggu kedua setelah berdinas di
kapung G ayahku membawaku dan aku kesana”
·
Padang “penulis menuliskan tempat cerita di
bagian akhir buku”
b. Latar waktu
·
Siang hari
“tidak langsung makan siang atau shalat zuhur melainkan berancak dekat
almari dan mengambil biolanya”
·
Tahun 1926 “sebuah bangun yang dibangun sesudah
gema dahsyat di PP pada tahun 1926”
·
Pagi hari “pagi hari,aku berjalan kesekolah
datang lebih awal dari kawan-kawan”
·
Menjelang malam
“memjelang malam menjadi larut,dengan matanya yang kian rabun umiku
masih berupaya mendengungkan ayat-ayat tuhan”
·
Malam “ aku disuruhnya tidur ketika malam
telah kian larut juga”
·
Seminggu “ satu pekan atau sepuluh hari
setelah pertengkaran, bak tuo tak pernah datang”
·
Tahun 1978,1979,1980 “terlihat pada bagian akhir cerita
penulis menuliskan tahun “
5. Alur
·
alur maju “biola tua itu kini kian hari kian
berdebu “
·
alur mundur
“ayahku berkisah,setelah tamat SMA
di P ia ke kampung”
“tak lupa ia menjelaskan,aku
mempunyai seorang paman tetapi meetap di daerah J”
“dulu,ujar umi.ia mempunyai keluarga
yang amat miskin sedih aku melihatnya”
6. Amanat
Jangan menikahi seorang wanita ketika belum mempunyai pekerjaan yang
tepat sehingga ketika baru punya anak di tinggalkan suami bekerja membuat sang
istri di bicarakan oleh masyarakat karna tinggal di rumah mertuanya dengan
lingkungan kritis
Harus menerima semua yang telah terjadi dengan hati tentram dan
damai,sehingga tidak ada yang berduka atau berhati iba yang membuat perbuatan
menjadi sia-sia.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam novel “BAKO” menggunakan bahasa
indonesia.namun, bahasa menandai warna lokal mudah sekali ditemui. Pengarang
menyelipkan beberapa kata atau pepatah Minangkabau ke dalam roman. Semua ini
untuk menonjolkan budaya Minang tersebut
“Hai,tumbuang !waang anak urang manumpang,pandai-pandai pulo mampagarahkan anak
urang lain”. Dan menggunakan majas personifikasi karena kalimat bahasanya
santai.
B.UNSUR EKSTRINSIK
1. Latar belakang
Pengarang
Darman Moenir adalah satu
dari sekian banyak sastrawan Indonesia yang berasal dari Sumatera dan kini
bermukim di Padang. Novel “Bako” adalah satu dari sekian karya Darman Moenir
yang terkenal dan meraih beberapa penghargaan. Ingin mengenal lebih jauh sosok
Darman Moenir ? Sastrawan yang pernah mendapatkan penghargaan Hadiah Utama
Sayembara Mengarang Roman DKJ (1980); Pemenang Kedua Sayembara Novel Majalah
Kartini (1987) dan Hadiah Sastra dari Pemerintah Republik Indonesia (1992).
Darman Moenir lahir di Sawah Tangah, Batu Sangka, Sumatera Barat, pada
27 Juli 1952, anak dari pasangan Moenir dan Sjamsidar. Setelah menamatkan
Sekolah Menengah Seni Rupa Indonesia (SMSRI) Negeri, melanjutkan ke Akademi
Bahasa Asing (ABA), menamatkan Jurusan Bahasa Inggris, 1974. Pernah kuliah lima
semester di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas
Bung Hatta tetapi menyelesaikan Program D4, Jurusan Bahasa Inggris, Sekolah
Tinggi Bahasa Asing Prayoga, 1989. Semua di Kota Padang.
Dari pernikahannya dengan Dra Hj Darhana Bakar, Darman Moenir dianugrahi
tiga putra, Haiyyu D. Moenir, S.I.P., M.Si., Abla D. Moenir (alm.), Hoppla D.
Moenir dan tiga putri, Tahtiha D. Moenir, S.S., Tastafti D. Moenir, S.Pi. dan
Asthwa D. Moenir.
Darman Mulai menulis di usia 18, memimpin Grup Studi Sastra Krikil Tajam
(1973), ikut mengasuh Grup Bumi bersama Wisran Hadi, dll. (1976).
Karya-karyanya, antara lain, dimuat Majalah Horison, Kalam, Panji Masyarakat,
Pertiwi, Kartini, Tabloid Nova, Harian Indonesia Raya (alm.), Kompas, Pelita,
Sinar Harapan (alm.), Suara Pembaruan, Suara Karya, Media Indonesia, Sinar
Pagi, Republika, Jurnal Nasional, Analisa (Medan) Berita Minggu (Singapura) dan
surat-suratkabar terbitan Padang.
Menulis puisi, cerpen, novel, esei, mengerjakan terjemahan. Kumpulan
puisinya Kenapa Hari Panas Sekali? (diterbitkan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam,
sekolah mendiang Engku M. Sjafei). Beberapa sajaknya masuk dalam Tonggak 4,
Antologi Puisi Indonesia Modern (ed. Linus Suryadi A.G.). Cerpennya dimuat
dalam antologi Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (Kuala Lumpur, 1991, ed.
Suratman Markasan). Satu eseinya dimuat dalam Asian Writers on Literature and
Justice (Manila, 1982).
Novel Bako yang ditulis Darman Moenir memenangkan Hadiah Utama Sayembara
Mengarang Roman DKJ 1980, diterbitkan Balai Pustaka (1983). BP juga menerbitkan
novel Dendang (1988). Aku Keluargaku Tetanggaku meraih Hadiah II Sayembara
Novel Kartini 1986, diterbitkan BP (1993). Gumam, novel pertamanya yang
mendapat rekomendasi DKJ 1976, diterbitkan CV 28 28, Padang (1984). Novel yang
lain adalah Riak (1977, belum terbit) dan Krit & Sena (2003, belum terbit).
Novel Andika Cahaya diterbitkan Akar Indonesia (2012). Dan novel Paco-paco
(2012, belum terbit). Dua novel kepahlawanan untuk bacaan anak-anak, Surat dari
Seorang Prajurit 45 kepada Cucunya dan Di Lembah Situjuah Batua diterbitkan
Angkasa Raya (1992). Dengan pengantar H.B. Jassin, kumpulan cerpennya, Jelaga
Pusaka Tinggi, diterbitkan Angkasa Bandung (1997). Dan dengan individual grant
dari The Ford Foundation, 1987, mengadakan penelitian tentang tambo Minangkabau
untuk ditransliterasi dari aksara Arab ke Latin dan diterjemahkan dari bahasa
Minangkabau ke Indonesia. Menerjemahkan dari bahasa Inggris ke Indonesia,
antara lain, novel Negeri Hujan, nominasi Hadiah Nobel Sastra, karya Pira
Sudham (Thailand), diterbitkan Yayasan Obor Indonesia.
2. Sosial budaya
Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial
budaya suatu daerah tertentu. Hal ini berkaitan dengan warna daerah. Sebuah
novel “BAKO”, warna daerah memiliki corak tersendiri yang membedakannya dengan
yang lain. Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya:Bako
Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera Barat.
3. Nilai yang terkandung
a.
Nilai sosial budaya
Sikap masyarakat untuk menolak
perkawinan mereka ikut menghancurkan kewarasan jiwa Ibu pembawa cerita dan
menciptakan banyak kesulitan bagi si "aku" dan Bapaknya, meskipun
keluarga bapak si "aku" jauh lebih maju dan toleran tentang soal-soal
keturunan. Pada akhir novel itu, si "aku" sangat berharap supaya
warga kampung bakonya akan bersikap lebih maju dan punya pengertian yang lebih
masuk akal
“mungkinkah ini cerminan sikap budaya lingkungan mereka?akan tetapi cara
lama yang mereka taati memang sudah dalam pergeseran”
b.
Nilai moral
Tanggung jawab “ayah ku ingin melanjutkan tanggung jawab yang sudah
mulai diteruskannya,salah satu unsur untuk bertanggung jawab adalah harus dapat
menyangga kehidupan sebuah rumah tangga”
“aku ingin mereka berbuta lebih maju dalam pengertian yang lebih masuk
akal,tidak terikat oleh norma-norma lama yang ternyata kuno sekali”
c.
Nilai agama
“aku engan cepat membaca al-quran bahkan kemudian pada musabaqag
tilawatil quran yang diselenggarakan di mesjid di setiap bulan ramadhan aku pernah
jadi pemenang”
“shalat adalah hubungan manusia
dengan tuhannya,kalaupun aku tidak bersalat,maka aku menanggung dosanya”
“ia belajar mengaji dan membaca al-quran”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar